Anak Bungsu


Nafasnya terasa sesak, ada air menggenang di ujung mata. Pikiran kacau ingin sekali mengumpat. Tapi lama kelamaan cuma bisa terisak menahan diri. Tangisnya pecah.
 

Anak Bungsu yang cengeng, yang bingung harus berbuat apa, yang lelah menerima keluhan, sehingga semakin lama berubah menjadi rasa benci.

 

Kita adalah apa yang kita persepsikan. 

Kita bisa pasti bisa. 

Kita kuat pasti kuat. 

Hanya saja seringkali mengenali diri sendiri itu sulit. Sulit menerima kekurangan. Menyangkal semua kelemahan dengan cara menyalahkan orang lain atau kondisi sekitar.

 

Tumbuh dengan pikiran tidak mau merepotkan, bisa melakukan semua sendiri. Berhenti bergantung atau bersandar pada manusia. Sesulit apa pun pasti bisa. 

Sendiri. 

 

Tapi apa iya, mau selamanya begini? Apa iya orang lain memang se ‘tidak peduli’ itu? 

Begitu jarang ditanya apa kabarnya? Murni apa kabar. 

How’s your day? 

Are you Ok? 

Are you happy now?

Sebaliknya.

Terlalu sering mendapat pertanyaan apa kabar, namun ternyata cuma prolog atau template basa-basi yang langsung diikuti dengan permintaan pinjaman lunak atau minta tolong ini itu.

Jadi jangan salahkan kalau mulai berburuk sangka karena jujur sudah mulai mati rasa.

Capek.

 

Anak Bungsu ini sudah lelah untuk memulai segala sesuatu. 

Sudah malas berinisiatif. Sudah lelah dengan orang-orang yang tidak mau saling memahami. Hubungan antar manusia itu “saling melengkapi”. Sama-sama “berusaha”. Sama-sama “berupaya”. Jika cuma satu pihak itu apa namanya?

Sudahlah masing-masing saja.

 

Anak Bungsu ini sudah terlalu banyak melihat banyak hal. Mengamati perilaku yang tidak adil dan mengecewakan. 

Pun merasakan bagaimana direndahkan dan diremehkan.

Sudah biasa.

 

Jadi jangan ajari si anak bungsu untuk mengalah lagi. Jangan ajari untuk menjadi paling pengertian. Jangan ajari lagi untuk selalu optimis. Jangan buat dia melakukan apa yang tidak mau lakukan. 

Sudah cukup.

 

Ijinkan dia untuk bersandar sejenak. Beri pelukan hangat dan senyuman paling nyaman. Tidak apa-apa tidak sempurna. Tidak apa-apa jika masih belum tercapai semua. Tidak apa jika memang harus berhenti dan memulai lagi dari awal.


Tidak apa.

No comments:

Post a Comment