Lampuuk
Pantai pertama yang kami kunjungi terletak di Desa Meunasah Masjid, Lhoknga, Kabupaten aceh Besar merupakan primadona pariwisata Aceh sebelum Tsunami. Dan pertama kalinya melihat ombak disini kami terkesima dan tak berani mendekat. Pertama karena ombak terlihat cukup besar dan kedua karena panas luar biasa. Padahal pengunjung yang berenang dan bermain air terlihat cukup banyak, dari anak kecil sampai orang dewasa. Sedikit jaim dengan panas hingga kami memilih berteduh di gubuk-gubuk pinggir pantai sambil menyeruput kelapa muda. Ya serius, karena belum terbiasa dengan panasnya Aceh yang menyengat, kami cuma foto-foto cantik di tempat teduh, haha.
Oh ya, yang unik adalah gubuk yang kita tempati itu harus sesuai dengan tempat parkir kendaraan kita. Karena saat awal datang kami harus meluruskan tempat parkir yang sudah ditag oleh pemilik gubuk sendiri-sendiri, taunya? Dari warna gubuk yang dicat warna warni. Sudah ada Perdanya, begitu kata sang pemilik ketika kami protes saat ngeyel disuruh pindah tempat parkir. Okee baiklah. Dan dari situ akhirnya kami selalu waspada saat berkunjung ke pantai lainnya karena aturannya sama kurang lebih seperti itu.
Foto pun silau saking panasnya |
Pasir Putih Lhok Mee
Pantai ini berada di Gampong Lamreh, Dusun Lhok Mee, jalan menuju Krueng Raya, sekitar 30 km dari Kota Banda Aceh. Berangkat sedikit kesiangan, kami sampai di lokasi hampir tengah hari saat panas-panasnya.
Meski panas, kami bahagia karena pemandangan pantai pasir putih yang begitu indah dan air laut yang sangat jernih. Yang unik dari pantai ini adalah beberapa pohon yang tumbuh di tepi pantai menjadi pusat spot foto wajib bagi para pengunjung.
Sayang kalau gak nyebur |
Lhok Nga
Pantai ini sebenarnya terletak tidak jauh dari Pantai Lampuuk yang kami kunjungi pertama kali. Infonya Lampuuk merupakan salah satu pantai di Aceh Besar yang menjadi favorit peselancar lokal maupun internasional, karena ombaknya yang menarik dan cocok bagi para peselancar. Di sekeliling memang banyak tersedia spot instagrammable meski pasirnya bukan pasir putih namun sayang sekali masih banyak bertebaran sampah plastik di sekitar pantai.
Meski saya akui, saat melihat sekeliling terasa seperti di luar negeri karena dikelilingi bukit pepohonan dan hutan yang diselimuti kabut, bagus sekali.
buat anak-anak bisa main air di sini |
Sabang
Kedua kalinya saya berkunjung ke kota paling ujung Indonesia ini, cukup excited meski gak akan ketemu lumba-lumba haha. Karena berbeda dengan sebelumnya saat saya menyeberang Aceh-Sabang menggunakan kapal pancing, kali ini saya dan rombongan menggunakan kapal feri. Dan ternyata Sabang bisa dijangkau juga via pesawat, jadi terdapat bandara kecil yang melayani penerbangan dari Kualanamu-Sabang.
Dengan penduduk sebesar 31 ribu jiwa, kota Sabang masih nampak tenang dan bersih. Bahkan menurut guide yang mengantar kami berkeliling, pemerinta kota sabang sangat memperhatikan kesejahteraan penduduknya. Seperti menggratiskan biaya nikah, memberikan uang saku bagi semua anak usia sekolah, sampai memberikan pekerjaan bagi para pencari kerja yang tak kunjung mendapat pekerjakan. Mantap kan?
Bukan Pohon Asam Jawa, tapi Asam Belanda |
Anoi Itam
Mengunjungi bunker peninggalan Jepang di Sabang, otomatis kita menyusuri pantai ini. Karena benteng Jepang memang berada di atas bukit pantai Anoi Itam. Anoi itam memiliki arti pasir berwarna hitam. Pemandangannya sangat indah dan bersih meski pasirnya berwarna hitam. Terdapat beberapa penginapan dan villa di tepi pantai yang bisa dimanfaatkan saat mengunjungi Kota Sabang.
Pemandangan dari Benteng Jepang |
Sumur Tiga
Masih di Sabang, tempai ini dinamai Pantai Sumur Tiga karena terdapat tiga sumur air tawar yang hanya terletak 15 meter dari bibir pantai. Panoramanya indah dengan bebatuan dan pasir putih yang lembut. Namun harus berhati-hati ketika menaiki batu-batu besar yang licin. Pantai ini merupakan pantai terpanjang yang ada di Pulau Weh.
Pak ketua, habis foto langsung jatuh, hati-hati guys! |
Pulau Rubiah
Mau diving or snorkling di Sabang? pulau rubiah adalah destinasi utama karena terdapat Taman Laut yang masih bersih dan luas. Tapi lucunya kalau kalian snorkling disini, itu ikan ikan cakep malah doyannya indomie, huhuhu. Iya indomie rebus dipakai untuk memancing ikan-ikan untuk mendekat saat snorkling. Sedih tapi pengen ketawa, siapa si yang bikin ikan-ikan ini doyan mi instan? Ckckck.
Siap Snorkling menuju Rubiah |
Makam Siti Rubiah |
Sejarah nama Rubiah dari pulau ini juga sangat terkenal di masyarakat Aceh. Siti Rubiah, yang merupakan putri dari Tengku Mustafa dan istri dari Tengku Ibrahim (Tengku Iboih) ulama dari Iboih Pidie. Keduanya menetap di Pulau WE mengasingkan diri dan mengadakan aktivitas sebagai guru ngaji di pulau tersebut. Setelah beberapa lama terjadi perselisihan antara keduanya terkait seekor anjing. M enurut Tengku Ibrahim, memelihara anjing adalah haram dalam Islam, sedangka Siti Rubiah menganggap anjing sebagai penjaga dari binatang buas. Terjadi konflik dan pertengkaran yang akhirnya mereka bersepakat membagi dua kekayaan : binatang ternak jadi milik Siti Rubiah sedangka tumbuhan atau tempat tinggal dibagi menjadi dua lokasi. Lokasi pertama di Iboih jatuh untuk Tengku Ibrahim dan pulau sebelahnya milik Siti Rubiah dan sampai sekarang pulau ini dinamakan Pulau Rubiah.
Wah banyak pantai-pantai cantik ya di Aceh
ReplyDeleteindah banget pemandangan pantai-pantainya.. semoga suatu saat ada rezeki untuk ke sana..
ReplyDeleteLovely blog thanks for taking the time to share this.
ReplyDelete