Haloo, semuanyaaa
Sudah bulan Maret.
Trus? Haha time flies too fastJ
Tahun lalu di bulan ke lima masih inget banget buat
perjanjian #30harimenulis. Dan Gagal. Hoho. Okelah kali ini mencoba memberi
kelonggaran dengan janji #onemonthoneblog. Dalam artian satu bulan satu
tulisan. Minimal. Catat yaa, kalo sebulan ga nulis denda. Aduh...
Akhir bulan lalu akhirnya, bisa
menyempatkan diri berkunjung ke Bandung. Tahun sebelumnya memang beberapa kali
ke Bandung, tapi ya buat kerja, mentok ke stasiun, alun-alun, pasar baru, haha.
Nah kali ini meski sempat ketar ketir bakal gagal karena dalam minggu yang sama
full ada gawean di Bogor, bersyukur banget akhirnya bisa ke Bandung. Uhuuyy.
Alhamdulillah.
Upside Down
Jaman sekarang bersyukur banget
ada kendaraan online, jadi
kemana-mana ya pesen GoCar apa Uber aja tinggal klik. Ke Upside Down di daerah Coblong juga baru pertama kali dan bagi kita
yang sama sekali ga tau jalan bener-bener ngandelin maps and aplikasi. Kaget juga ternyata tempatnya ga sebesar yang
dikira, trus pas masuk sepi. Tiket Masuk awalnya Rp 100.000,- lumayan mahal
juga, tapi lagi-lagi karena on the spot
ada promo install aplikasi jadi
diskon bayar Rp 75.000,- , kembalian bisa buat makan dah, haha.
Masuk dan kita berdua (ke Bandung
bareng Mita) bingung dong, nih posenya belom kebayang gimana bolak-baliknya
haha. Meski ada foto contoh di tiap ruangannya, tetep aja kita ngaco gayanya.
Untungnya ada mas-mas petugas yang nyamperin dan nawarin bantuin potoin kita
plus ngarahin gaya, senenglah apalagi setiap ruangan dibantu potoinnya.
Alhamdulillah rejeki anak shalihah.
Iya iya, ekspresinya kurang oke, haha |
Cekeran Midun
Banyak gaya emang bikin laper,
haha, buka maps tempat makan yang paling deket dan rada aneh kita nemu Cekeran
Midun, langsung cuss jalan kaki kesana. Konsepnya unik, aneka masakan ceker,
rangka n sayap. Menunya pun aneh-aneh Cekeran Sakti Mandraguna, Cekeran Setan
Merapi, sampe Cekeran Greencanyon. Jadi dari masing-masing menu juga punya
pilihan kuah yang berbeda level kepedasannya dari Lapindo (manis, gurih) Laut
Mati (gurih, hangat), Suramadu (manis, gurih, koya dan asam) dll.
Bagi saya yang ga tahan pedes pilihan
jatuh ke Midun Sakti Mandraguna yang berisi topping campur dari daging, sayap,
sayur, sosis dll. Tapi ternyata salah pilih kuah juga karena masih kepedesan. Nunggu
ga begitu lama dan kaget juga karena disajikan dalam pot kecil dan api menyala-nyala
(akhirnya dimatiin karena ngeri api kemana-mana). Untuk minum saya pilih
Penghalau Galau, seger asem manis dari lemon dan sereh.
Secara rasa lumayan sih dengan
harga yang cukup terjangkau , kuahnya seger meski masih berasa micin juga,
haha. Bagi penyuka sajian cekeran dan pedas recommended
buat dicoba.
Asia Afrika
Sorenya kita lanjut jalan ke
Asia-Afrika yang sudah beberapa kali saya kunjungi karena beberapa pertemuan
kantor diselenggarakan di hotel sekitar Masjid Raya Bandung. Jalan kaki
melewati Cikapundung River Spot dan sempat
beli Takoyaki di Bazar sekitar gedung PLN. Jalan Asia-Afrika memang banyak
gedung bersejarah, dan sekarang ramai dengan Cosplayer dari hantu local seperti
pocong dan kuntilanak (ngeri fotonya) sampai iron man dan transformer yang siap
foto.
Tujuan utama memang ke Alun-alun
Bandung dan maghrib di Masjid Raya. Sebelumnya pas ada kerjaan ke sini relative
sepi karena pagi-pagi jadi bisa jogging dan ikutan senam, sore hari jauh lebih
ramai dan susah nyari spot foto bagus, plus banyak petugas yang ngawasin ga
boleh makan, pake sepatu sampe dilarang bertransaksi di area alun-alun. Kita ga
bertahan lama karena terlalu ramai trus rumputnya bikin baju n kaos kaki basah
haha.
Alun-alun yang rame sore-sore |
Setelah shalat maghrib Bandung
diguyur hujan sodara-sodara, berhubung nanggung mau naik GoCar ke Braga (nginepnya
di sini) akhirnya kita jalan payungan grimis-grimis. Meski hujan Braga tetep
ramai, café dan toko mulai beroperasi, jalan juga makin macet. Kepalang basah
akhirnya mampir buat makan di Braga Ciwalk.
Ternyata tempatnya ga sebesar yang dikira, cuma 3 lantai dan pilihannya juga
sedikit dibanding mall lain, tapi memang arsitekturnya unik dan ala-ala eropa.
Braga in the morning
Belum ke Bandung kalo ngga ke Braga, sebuah
jalan utama di kota Bandung yang sangat bersejarah karena cikal bakal Bandung
dikenal sebagai “kota Kembang” berasal dari popularitas jalan ini, dan juga
keberadaannya sudah sangat terkenal sejak zaman kolonial Belanda, sebagai
lokasi tempat keramaian dan bisnis utama di kota Bandung. Nama jalan ini tetap
dipertahankan sebagai salah satu landmark
kota “Bandoeng
tempo doeloe” yang yang dikenal juga Paris
van Java.
Dan
menikmati Braga pagi hari terasa lebih syahdu, karena jalan yang lebih lengang
dan sepi, jadi lebih banyak spot untuk foto. Arsitektur bangunan-bangunan lama di sepanjang jalan juga
terlihat lebih menonjol karena tak banyak pejalan kaki yang melintas atau toko
yang buka.
Farmhouse Lembang
Akhirnya ke Lembang yeeaaa, sengaja
berangkat pagi-pagi jam 7 biar ga macet, dan pengalaman siang sampe sore resiko
hujan di Bandung lebih besar. Naik GoCar bayar kurang lebih 45 ribu, nyampe di Farmhouse jam delapan, dan masih tutup
tentu saja. Tapi sudah terlihat beberapa kendaraan mengantri di gerbang. Sambil
nunggu buka, kalian bisa sarapan bubur atau lontong di warung seberang Farmhouse.
Sekitar jam setengah sembilan gerbang
mulai dibuka dan kami masuk melalui jalur pejalan kaki. Tiket masuk 25 ribu
rupiah per orang, dan bisa ditukar segelas susu segar di loket yang disediakan.
Bisa pilih rasa coklat atau strawberry. Karena tujuan utama emang ke Hobbiton,
kami langsung semangat jalan ke sana. Ternyata masuk area Hobitton ini harus
bayar lagi Rp 20 ribu per orang. Senangnya karena masih pagi sehingga kami
bebas eksplor dan bebas foto di setiap sudutnya, ga perlu ngantri dengan
pengunjung lain. Dan amazing banget setiap detailnya begitu cantik dan ngegemesin
(pengen dibawa pulang haha). Dari bunga-bunga, ranting, sampai pintu-pintu
cantiknya.
Rumah Hobbit dari luar |
Siapa yang ga gemes coba liat beginian |
Dan tambah takjub lagi pas ada
rumah Hobbit, dari kamar, perpustakaan, dapur sampai kamar mandi dibuat semirip
mungkin dengan film The Lord of The Rings (TLOTR). Duh beneran property dan printilan-printilannya
asli bikin gemes, apalagi suasananya remang-remang plus iringan music TLOTR.
Pas di pintu keluar ternyata kami bisa menukar tiket masuk dengan pai susu
dikemas dalam kardus bergambar pintu Hobbit.
Perintilannya pengen bawa pulang |
Pai Susu Hobbiton |
Keluar dari Area Hobitton,
suasana bertambah ramai, seperti di Petting Zoo yang penuh domba-domba lucu dan
kelinci dan para pengunjung bisa ikut memberi makan hewan-hewan ini dengan
membeli wortel di stand yang memang disediakan. Setelah menukar tiket dengan susu kami melanjutkan
menikmati area lainnya. Suasana masih sejuk karena banyak pohon pinus dan pohon
rindang, seperti di area gembok cinta ala korea, bangunan unik khas negeri
Belanda, dan banyak juga toko souvenir atau oleh-oleh khas farmhouse. Saya sendiri sengaja ga beli apapun karena mahal, euy. Pengunjung
juga bisa menyewa kostum khas negeri kincir sehingga bisa berfoto ala-ala
Belanda di sekitar area wisata.
Sheep lucu yang namanya juga lucu |
Bandung Rasa Korea |
Ada Toko Croissant dan Danish, ga bakal laper |
Cupnya cantik, susunya juga segar |
Beranjak siang kami bersiap pulang dan memesan GoCar menuju Stasiun. Buat yang mau ke Bandung, semoga bisa jadi referensi tempat yang wajib dikunjungi. Selamat berlibur!!!
No comments:
Post a Comment