Orang pintar kalah sama orang beruntung, pernah dengar ungkapan ini? Yup, akhir tahun waktu
yang tepat untuk evaluasi dan juga untuk mensyukuri yang telah kita lewati
tahun-tahun sebelumnya. Menurut KBBI, untung/un·tung/ 1 n adalah sesuatu (keadaan) yang telah digariskan
oleh Tuhan Yang Mahakuasa bagi perjalanan hidup seseorang; nasib. Ada lagi yang
bilang keberuntungan adalah sesuatu yang kebetulan atau tak disangka-sangka. Dan
kalau dilihat di Al-Quran, banyak ayat yang menyebut kata untung ini
diantaranya;
Mereka
itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung (QS. Al
Baqarah :5)
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Al Maidah : 35)
Maka
ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan
(QS Al A’raf
: 69)
Dari ayat di ataslah tulisan ini bermula, seringkali kita
lupa bersyukur dan flashback sejenak atas
segala yang terjadi dalam hidup kita, sehingga tidak sadar betapa beruntungnya
kita. Dan betapa Maha Baiknya Allah menggariskan kisah hidup kita di dunia.
Sekolah
Dibandingkan
kedua kakak saya yang langganan juara
umum dari SD, prestasi sekolah saya biasa saja. Memang masih 10 besar, tapi
saat SD saya gak pernah juara kelas. Tapi saya merasa beruntung karena dari SD
SMP SMA selalu berteman dengan para juara kelas,minimal jago matematika haha.
Itu sudah bikin saya bangga kok. Sebangku atau bersahabat dengan mereka sudah
membuat saya merasa beruntung. Kenapa? Saat SD saya bersahabat dengan Ieyan
anak pindahan dari Bali. Tak sengaja Bapak saya duduk sebelahan sama ayahnya
yang berprofesi sebagai hakim waktu ngambil raport, kebetulan juga rumah
dinasnya dekat dan searah dengan rumah saya, jadilah kita berangkat dan pulang
bareng plus main bareng plus belajar bareng. Dan si Ieyan ini yang memberikan
banyak perspektif baru pada saya yang masih bocah (halah bocah pakai ngomog
perspektif). Dalam artian saya anak daerah yang masih gak tahu apa-apa tentang
dunia luar, taunya sekolah, main, belajar. Sudah. Dan demikian juga teman-teman
sebaya saya di sekolah. Nah si Ieyan ini, entah karena didikan keluarganya yang
terpelajar dan sering keliling Indonesia ngikutin tugas ayahnya yang hakim,
membuat saya takjub karena keaktifannya. kelas jadi seru karena dia aktif
bertanya dan menjawab pertanyaan guru, bahkan pertanyaan-pertanyaan ajaib yang
kami anak desa yang males nonton berita tak mengerti, seperti Valas, DPR, ekonomi,
dsb. Dan waktu itu dia yang masih SD sudah bisa menjawab dengan tegas
cita-citanya, kuliah di Fakultas Ekonomi dan jadi SE. Beeuuh... saya yang masih
bocah mah gak nyampe sama sekali pikiran itu, taunya berantem sama teman
gara-gara sinetron atau acara TV haha. Yah meski kenyataannya yang beneran jadi
SE malah saya dan Ieyan sendiri malah jadi Bu Dosen Psikologi di Undip.
Alhamdulillah.
Kami berteman
sampai kelas 1 SMP, karena ayah Ieyan harus pindah ke Tuban, jadi sejak itu
kami hanya berkomunikasi lewat surat (beneran kita surat-suratan via pos hehe)
dan baru berganti via ponsel waktu SMA sampai sekarang. Lanjut SMP sampe SMA
saya sebangku sama jagoan matematika, Mulyani, dan anehnya, saya bertahun-tahun
sebangku sama dia, nilai matematika di ijazah tetap jeblok, haduh. Tapi tetap sehari-hari
saya beruntung, karena setidaknya setiap jam pelajaran matematika saya
terselamatkan dari guru killer, haha.
Kuliah pun
demikian, meski sibuk dengan aktivitas organisasi saya dekat dengan teman-teman
yang super serius kuliahnya. Dalam artian cemerlang di kelas dan rajin ngerjain
tugas dosen. Tapi anehnya lulusnya saya duluan, beneran, mereka sibuk cari judul
skripsi yang sempurna kali ya, jadi lulusnya lama.
Beasiswa
Karena
prestasi yang biasa-biasa saja dari SD-SMA saya gak pernah ngebayangin bisa
dapat beasiswa, pernah mau ngedaftar pas SMA tapi apa daya gagal masuk karena
saya yang anak guru SD masih dipandang mampu secara ekonomi. Terus pernah ikut
seleksi masuk IPB Bogor juga gagal karena nilai raport masih kurang bagus,
FFiuuuh.
Tapi
beruntungnya saat masuk kuliah, saya yang masih maba tak sengaja membaca
pengumuman yang ditempel di mading sekretariat mahasiswa. Iseng saya cerita ke
ibu dan langsung disuruh daftar. Dengan persyaratan yang tak begitu ribet,
masuklah nama saya ke daftar penerima beasiswa yang menerima uang setiap
semester. Alhamdulillah.
Dari sinilah
saya mulai bersemangat berburu beasiswa. Hingga menjelang lulus bisa ikut
seleksi Program Co-Op Telkom, program magang dari Telkom Pusat untuk mahasiswa
di seluruh Indonesia. Dimana mahasiswa terpilih bisa bekerja selama 3 bulan di
Telkom terdekat dan memperoleh gaji pula. Wow. Saya merasa tertantang karena
proses seleksi yang lumayan, dari administrasi, bahasa inggris, presentasi
sampai wawancara.
Alhamdulillah,
saya berhasil lolos bersama kedua orang teman seangkatan Jenny dan Rini untuk
program ini dan magang di Telkom Kandatel Purwokerto selama 3 bulan. Dari sini
juga saya mengenal teman-teman dari universitas lain dalam program yang sama, meski
kami hanya bersua lewat dunia maya saat tele-conference
atau pun chat di group messenger, pandangan saya tentang Indonesia dan
keberagamannya semakin terbuka.
Saat saya
memutuskan bekerja di Bogor kemudian daftar kuliah S2 di IPB pun penuh dengan
keberuntungan. Bagaimana tidak, dengan gaji sejuta rupiah tahun 2010 saya terbilang nekat daftar
kuliah S2. Semester 1 masih aman, semester 2 saya mulai panik karena manajemen
keuangan saya berantakan. Di tengah keresahan saya yang nyaris mengajukan cuti
kuliah, saya dapat telepon dari Rektorat untuk ikut seleksi Beasiswa Bakrie,
katanya saya terpilih karena IPK saya terbaik di jurusan saat itu. Masya Allah,
sungguh hanya karena Allah lah saya lulus seleksi setelah tahapan tes online
dan wawancara. Sungguh rizki yang tidak disangka-sangka, uang semester aman,
ditambah uang saku yang lumayan buat nambahin bayar fotokopian haha.
Man10 Team |
Alfarabi Crew |
Muka Suntuk Nyusun Strategi Bertahan Hidup😂 |
Menjelang
penyusunan tesis di tahun 2012, lagi-lagi saya nekat resign ngajar. Jam ngajar
yang padat, lingkungan kerja yang mulai gak nyaman plus tugas kuliah yang
semakin susah, membuat saya galau dan akhirnya memutuskan resign, keluar dari
asrama dan mulai ngekos deket kampus. Awalnya dari itung-itungan beasiswa per
semester sih secara logika masih nutup buat bayar kosan paling murah dan makan
super irit. Tapi saya keliru sodara-sodara, beasiswa tidak selancar yang
diperkirakan, semester akhir saat kita membutuhkan untuk biaya tesis, saat
itulah ujian yang sebenarnya, beasiswa telat masuk beberapa bulan. Astaghfirullah.
Saya mulai kelimpungan, dan drama anak kosan dimulai, dari milih jalan kaki
daripada ngangkot atau ngojek, milih ngendon di perpus atau kosan daripada main,
lebih milih traktiran daripada beli makan, loh. Hueheehe. Beneran. Beruntung banget
saya sekelas sama ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah pada kerja, jadi sering
ditraktir deh hahaha.
Tapi pernah satu
waktu saya sampe berkaca-kaca, duit di kantong tinggal lima rebu perak, eh teman
saya nitip beliin dompet harga sepuluh rebu. Ya Allah, saya yang ga tega nolak
sampe bingung ngejawab sms nya. Antara malu cerita dan terlalu optimis dapat
rejeki tiba-tiba, haha. Syukurnya ternyata dompet yang dia titipin lagi ga ada
stocknya. Ffiuuh...
Oh iya selama
S2 juga saya kemalingan laptop dua kali. Laptop pertama hadiah dari sepupu
dicuri di asrama tempat kerja, kedua laptop hasil nyicil ke sepupu raib diambil
di bus malam pas mudik . huaaa....gak karuan banget rasanya, semua data kuliah
dan tesis raib begitu saja. Kalau bukan karena teman-teman super baik di
sekeliling saya, mungkin saya gak akan bisa bertahan sampai lulus. Teman-teman
kosan yang sering masakin makan gratis, minjemin laptop dan merawat pas sakit sampe
teman kuliah yang minjemin duit dan
nraktir makan plus jalan-jalan, hikshiks, Love
and miss you all...
Bekerja
Rizki, Jodoh
dan Maut memang sudah digariskan Allah sebelum kita lahir. Dan proses pencarian
pekerjaan saya juga penuh keberuntungan. Dan salah satu jalan mendekatkan rizki
adalah silaturahmi. Dari magang di dompet dhuafa, ngajar di pandu madania,
nginput data di ICRAF, sampe masuk di KKP itu semua karena saudara dan teman
baik. Eits, bukan nepotisme loh ya, semua sesuai prosedur, hanya yang memberi
jalan melalui info adalah teman kuliah, teman kosan dan saudara yang kita jaga
baik hubungannya.
Saat
penyusunan tesis yang penuh drama, ada teman kosan sibuk daftar lomba
kewirausahaan dari kementerian koperasi. Di tengah kegalauan saya cari penghasilan
buat nyambung hidup, saya iseng ikutan, dengan ide seadanya, dibanding teman
kosan saya yang super pinter karena dia kuliah S3. Saya membuat proposal bisnis
salad sayur dan buah,dan lagi-lagi saya beruntung, saya yang iseng malah lolos
seleksi dan dapat modal dua belas juta rupiah! Maha Besar Allah. Simple make perfect right?
Meski disambi
jualan salad di pasar kaget atau dari promo mulut ke mulut, alhamdulillah bisa
menopang kelangsungan hidup dan menyelamatkan seminar dan sidang tesis. Menjelang
wisuda, lagi-lagi dari teman kosan, saya diajak membantu peneliti Indonesia di
Jepang untuk mengolah data, tentu saja saya tak menolak. Meski harus rela
begadang dan dikejar deadline, saya dapet pengalaman penting bagaimana perfeksionisnya
orang Jepang haha.
Lanjut Pasca
wisuda, di tengah kegalauan berwirausaha atau ngelamar kerja jadi dosen, teman kosan
nawarin lagi kerjaan, data analisis di ICRAF, sebuah lembaga internasional
bidang agroforestry, di Bogor lebih
terkenal dengan CIFOR. Daripada ngelamun galau gak jelas mending kerja,
akhirnya saya oke in aja, dan saya gak nyesel bisa bergabung disana, meski cuma
kontrak. Ketemu banyak orang keren, dan banyak diantaranya orang asing alias
bule, haha. Meski cuma nginput data, saya jadi tahu betapa luasnya Indonesia dan
sayangnya data super detail yang saya input itu punya lembaga asing
sodara-sodara. Mereka secara profesional menugaskan pegawainya terjun ke
pelosok Indonesia, memperoleh data dari warga setempat, kemudian diinput dan
diolah dengan baik menjadi sebuah dasar riset dan kebijakan pengembangan agroforestry di dunia. Saya jadi mikir,
data sebagus ini pemerintah punyakah? Saya rasa tidak.
Saya bekerja
di ICRAF sampai menjelang masuk KKP di tahun 2014. Dan lagi-lagi proses saya
ikut ujian CPNS di KKP juga penuh keberuntungan. Saya yang anak ekonomi gak
pernah ngebayangin masuk bidang kelautan. Sebelumnya saya ikut ujian CPNS
kemenkeu, dan lolos sampai tahap tes fisik dan kebugaran. Di tahap akhir inilah
saya gagal. Bayangin dong tengah hari bolong lari-lari keliling stadion, ditambah
sprint pulak, teler lah saya.
Kemenkeu Failed.
Terus lanjut
seleksi dosen di almamater FE Unsoed, ortu berharap banget saya bisa lulus jadi
dosen. Administrasi dan ujian tertulis okeh, tapi tahap Micro teaching saya gagap pas speaking
in english, grogi abis karena yang nguji ex dosen pembimbing skripsi. Jadilah
Dosen Unsoed Failed.
Sebenarnya proses
ujian dosen bersamaan dengan proses CPNS KKP, dari teman kosan yang kebanyakan
anak perikanan lah saya dapat info ini. Awalnya saya pesimis karena kuota yang
tertera cuma 1 orang untuk S2 Manajemen. Bayangin saja 1 orang buat seluruh Indonesia
Raya. Kemungkinannya kecil banget kan? Tapi lagi-lagi tangan-tangan tak
terlihat bekerja tanpa sepengetahuan kita. Atas izin Allah saya lulus semua
tahapan, dan dengan nilai yang sangat bagus. Waow sama sekali tak menyangka. Dan
disinilah saya bekerja sampai saat ini. Di Bagian Program yang super sibuk, di
tengah hiruk pikuknya Jakarta, yang membuat saya sering pulang malam, namun tak
disangka ternyata saya mampu mengikuti ritmenya. Karena disini pula saya
memahami dan belajar banyak hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Dari orang-orang
baik dan luar biasa di sekeliling saya.
we dont meet
people by accident, they are meant to cross our path for a reason.
Yup disinilah
tangan-tangan Allah bekerja, dipertemukan dengan orang-orang luar biasa
sepanjang hidup adalah sebuah keberuntungan yang wajib disyukuri. Welcome 2018, i ‘ll be waiting for next amazing
moment in my life.
See yaa..
No comments:
Post a Comment