Detak waktu begitu berharga bagiku. Waktu tak mau tahu, lelah
atau tidak kah kita, mampu atau enggankah, muda atau tua, miskin atau kaya.
Sungguh ia tak mau tahu. Hidup ini menempaku untuk tak sekedar mau, tapi juga
yakin kemudian bergerak melaju.
Hai anak Adam, kalian
tak lain hanyalah kumpulan hari-hari. Tiap berlalu sepetang dan sepagi, telah
hilang sebagian diri (Hasan Al-Bashri)
Dunia tak selalu akrab denganku, ia melemahkanku,
meletihkanku. Aku tahu tapi aku tak mampu berhenti mengikutinya. Kau kira aku
budak dunia, mungkin saja. Meski sebenarnya aku sedang sibuk mengejar waktu. Aku
sibuk menata hidupku dengan kerja-kerja penuh waktu. Tak lagi muda usiaku, jadi
aku tak mau membuang waktuku untuk sesuatu yang tidak menentu.
Kita bertemu di sepenggal waktuku. Kau menilaiku, aku pun
menilaimu. Aku hanya manusia yang berkacamatakan dunia. Maka untuk yang tak
kasat mata aku memohon penilaian-Nya. Rizqi, jodoh, mati itu sudah tertulis
sedari dulu. Aku tak ragu. Tapi kau membuatku ragu, karena sungguh, kau tak
berupaya meyakinkanku. Aku ingat rasanya bersandar pada makhluk-Nya, yang
merasa kuat tapi lemah dan payah sebenar-benarnya. Aku tahu rasanya berharap
pada manusia, yang memberikan janji tanpa arah dan ku kecewa. Jadi jangan
salahkan jika aku menghentikan langkahku
padamu.
Hidup mengajarkanku, begitu banyak kejutan yang akan kita
temui di sepanjang jalan. Rencana kita mungkin dirasa sempurna, namun
rencana-Nya yang menentukan segalanya. Ridha-Nya itu yang utama. Sekian lama
aku menata hati, perlahan menyingkirkan hal-hal yang tak perlu. Untuk sekedar
tersipu atau berdesir malu-malu, karena aku tak lagi remaja lugu, sudah lewat
waktuku. Sungguh hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan masalah itu,
karena kelak mungkin kita akan secepatnya lupa akan masa-masa malu dan rindu. Sibuk dengan anak-anak
lucu atau bahkan urusan ayah dan ibu. Seorang yang menguatkanku, mendukungku, menuntunku,
itu yang kumau.
Sebab Dia lebih tahu,
tentang hakikat dan bentuk rupaku, tugas-tugas dan perasaanku, juga keadaan dan
tempat kembaliku; maka Dia pulalah yang memberi petunjuk kepadaku. Menunjukiku
untuk menuju-Nya, menunjukiku jalan yang aku harus meniti di atasnya, dan
menunjukiku irama langkah yang harus kuayunkan ke arah-Nya (Sayyid Quthb).
Inilah alasanku untuk rindu-pun aku tak punya waktu. Rindu melemahkanku,
galau melalaikanku, jadi sekarang giliranmu.
No comments:
Post a Comment